Senin, 12 Januari 2009

REFLEKSI TUGAS KULIAH AKHIR

pembelajaran matematika SD yang berlangsung selama satu semester banyak memberikan ilmu dan pengalaman baru.
matematika merupakan ilmu pasti, dimana dalam kajiannya tidakm leasdengan ketentuan alam. seperti yang dipaparkan dalam kuliah bahwasannya dalam belajar matematika terkait dengan hablum min Allah wa hablum minanaas. dimana manusia tidak dapat lepasdari kekuasaan Allah.
jika diliha dari para bola terbalik yang urutannya mulaipaling atas saapai bawah yaitu trsendental/good, phylosopy of life, phylosopy of mathematics, ways of thingking, mathematics, physical deminition oflife, dan physical demintion of non life. dapat dimengerti bahwa bagaimana seseorang itu belajr matematik dia akan selalu mencari dari mana asal matematik itu, karena sudah kodratnya manusia itu tidak bisa jika hanya hidup seorang diri. oleh karena dalam pembelajaran matematik diperlukannya ceramah untuk mengeluarkan ide-ide matematik baik dberada diawal, ditengan atau diakhir pembelajaran, kemudian setelah adanya ceramah maka timbul diskusi damana ini penting untuk mencari kebenaran matematika terutama siswa mareka perlu diskusi dengan gurunya untuk mencari kesulitan belajarnya tau mreka dapat berdiskusi denga orang lain yang kiranya menguasai dan paham tentang matematika. kemudian stelah mneemukan apayang diharapkan maka dipraktekka dalampembelajaran matematika dari segi teori baik di kelas maupun diluarkelas guna menyelaesaikan masalah, kemudian setelah adanya paraktek maka perlu adany konsolidasi dan praktek sesuai dengan kemampuannya secara bergiliran, yang kemudian aka menemukan pemecahan masalahnya jika telah melakukan paraktek sesuai dengan kemamapuanya yang kemudaian akan diterapkan akan diterapkan dalam kehidupan sehari-hari sebagai implementasi dan hasil belajar. oleh karena itu, pembelajaran matematik maeliputi dimensi ruang dan dan waktu yang membentuk garis horisontal dan vertikal, bagaiman siswa belajar mateatik/ dimana siswa belajar matemayika, dengan lingkungan yang bagaimana siswa belajar, guru nya sispa?dimana dia belajar? dan lain sebagaina, kemudian kapan siswa belajar? mur berapa siswa belajar matematika dan lain sebagainya.
pembelajaran matematika berjalan sesuai dengan kehidupan manusia dimana manusia hidup adalah menerjemahkan dan ditertemahkan . matematika bersifat komplek dapat diterapkan disegala bidang baik dalam bidang sosial, ekonomi. politik, dan agama.
dalam pembelajaran matematika SD harus banayak perubahan sebagai bentuk inovasi pembelajarn matematika SD, yang dapat memberikan manfaat bagi siswa, pembelajaran di Sd bersifat kontekstual, begitu pula nilai-nilaimatematika yang ditanamkan guru kepada siswa adalah dengan cara kontekstual.
segala sesuatu kegiatan dalammatematika SD di sesuai kan dengan MGMP, pembelajarannya memerlukan alat perga sebagai bntuk kreativitas dari guru sbagai upaya untu memahamkan sisea dalam proses pembelajar. kemampuan refleksi pada anak Sd adalah kemmapauan tertinggi dalam belajar, sedangkan kemampaun tertinggi dalam matematika adalah membuat keputusan.
kemmapauan anak SD atau siswa tidak dapat dipasakan untuk untuk memenuhi standar yang ditetapkan karena akan memaksakan kemampuan anak. namun pada prakteknya kemampuaan sisws diukur dengan nilai USBN yang telah ditentukan sebagai tanda kelulusan.
nama: laelatul badriyah
nim: 07712259062
prodi: dikdas PGMI
smt: III
mata kuliha: pembelajaran matematika SD

Selasa, 06 Januari 2009

Makalah Pembelajaran Matematika SD

Pembelajaran Matematika SD dengan Strategi Pemecahan masalah

  1. Hakikat strategi pembealajaran

Salah satu cara untuk meningkatkan keefektifan pembelajaran di sekolah adalah memilih atau menetapkan strategi pembelajaran yang resmi dengan kondisi yang diprediksi dapat mempengaruhi hasil belajaran yang akan dicapai oleh siswa. Agar hal ini tercapai guru harus memiliki kemauan dan kemampuan yang memadai untuk mengembangkan atau menetapkan strategi pembelajaran yang sesuai dengan kondisi pengajaran, seperti karakteristik siswa yang diajar.

Kata strategi berasal dari kata Strategos (Yunani) atau Strategus. Strategos berarti jenderal atai berarti pula perwira Negara (state officer). Jenderal inilah yang bertanggungjawab merencanakan suatu strategi dan mengarahkan pasukannya untuk mencapai kemenangan (Dedikbud; 1999: 40)

Strategi diartikan sebagai a plan, method, or series of actifities designed to achieves a particular educational goal (J.R. David, 1976) Pengertian Strategi pembelajaran cukup beragam walaupun pada dasarnya sama. Joni (1983) berpendapat bahwa yang dimaksud strategi adalah suatu prosedur yang digunakan untuk memberikan suasana yang konduktif kepada siswa dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran. Secara spesifik Sherly (1987) merumuskan pengertian strategi sebagai keputusan-keputusan bertindak yang diarahkan dan keseluruhannya diperlukan untuk mencapai tujuan (Dekdkbud, 1999;40) Dengan demikina strategi pembelajaran dapat diartikan sebagai perencanaan yang berisi tentang rangkaian kegiatan yang didesaian untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu (Wina Sanjaya, 2008;126)

Dari pengertian diatas, ada dua hal yang perlu dicermati. Pertama, setrategi pembelajaran merupakan rencana tindakan (rangkaian kegiatan) termasuk penggunaan metode dan pemamnfaatan sumber daya atau kekuatan dalam pembelajaran. Kedua, strategi disusun untuk mencapai tujuan tertentu, artinya arah tujuan dari penyusunan langkah-langkah strategi adalah pencapaian tujuan. Oleh sebab itu sebelum menentukan strategi, perlu dirumuskan tujuan yang jelas yang dapat diukur keberhasilannya, sebab tujuan adalah roh dari implementasi strategi (Wina Sanjaya, 2008;126)

Kemp (1995) menjelaskan bahwa strategi pembelajaran adalah suatu kegitan pembelajaran yang harus dikerjakan guru dan siswa agar tujuan pembelajaran dapat dicapai secara efektif dan efisien. Dick and Carey (1985) menyebutkan bahwa strategi pembelajaran adalah suatu set materi dan prosedur pembelajaran yang digunakan secara bersama-sama untuk menimbulkan hasi belajar pada siswa.

Strategi belajar-mengajar adalah cara-cara yang dipilih untuk menyampaikan materi pelajaran dalam lingkungan pengajaran tertentu, yang meliputi sifat, lingkup dan urutan kegiatan yang dapat memberikan pengalaman belajar kepada siswa (Gerlach dan Ely). Strategi belajar-mengajar tidak hanya terbatas pada prosedur kegiatan, melainkan juga termasuk di dalamnya materi atau paket pengajarannya (Dick dan Carey). Strategi belajar-mengajar terdiri atas semua komponen materi pengajaran dan prosedur yang akan digunakan untuk membantu siswa mencapai tujuan pengajaran tertentu dengan kata lain strategi belajar-mengajar juga merupakan pemilihan jenis latihan tertentu yang cocok dengan tujuan yang akan dicapai (Gropper). Tiap tingkah laku yang harus dipelajari perlu dipraktekkan. Karena setiap materi dan tujuan pengajaran berbeda satu sama lain, maka jenis kegiatan yang harus dipraktekkan oleh siswa memerlukan persyaratan yang berbeda pula.

Menurut Gropper sesuai dengan Ely bahwa perlu adanya kaitan antara strategi belajar mengajar dengan tujuan pengajaran, agar diperoleh langkah-langkah kegiatan belajar-mengajar yang efektif dan efisien. Ia mengatakan bahwa strategi belajar-mengajar ialah suatu rencana untuk pencapaian tujuan. Strategi belajar-mengajar terdiri dari metode dan teknik (prosedur) yang akan menjamin siswa betul-betul akan mencapai tujuan, strategi lebih luas daripada metode atau teknik pengajaran.

Titik tolak untuk penentuan strategi belajar-mengajar tersebut adalah perumusan tujuan pengajaran secara jelas. Agar siswa dapat melaksanakan kegiatan belajar-mengajar secara optimal, selanjutnya guru harus memikirkan pertanyaan berikut: “Strategi manakah yang paling efektif dan efisien untuk membantu tiap siswa dalam pencapaian tujuan yang telah dirumuskan?” Pertanyaan ini sangat sederhana namun sukar untuk dijawab, karena tiap siswa mempunyai kemampuan yang berbeda. Tetapi strategi memang harus dipilih untuk membantu siswa mencapai tujuan secara efektif dan produktif.

  1. Pertimbangan pemilihan strategi pembelajaran

Pembelajaran pada dasarnya adalah proses penambahan informasi dan kemampan baru. Ketika kita berfikir informasi dan kemampuan yang akan di miliki siswa, maka secara otomatis akan berfikir strategi apa yang akan diberikan kepada siswa, agar dapat tercapai sesuai dengan tujuan belajar secara efektif dan efisien.

Oleh karena itu, sebelum menentukan strategi pembelajaran yang dapat digunakan, ada bebrapa pertimbnagan yang harus diperhatikan, yaitu; pertimbangan dengan tujuan yang ingin dicapai, pertimbangan yang berhubungan dengan bahan atau materi pembelajaran, pertimbangan dari sudut siswa, dan pertimbngan lain yang dapat dipertimbangankan (Wina Sanjaya, 2008;130)

  1. Prinsip-prinsip penggunaan strategi pembelajaran

Prinsip umum dalam penggunaan strategi pembelajaran adalah bahwa tidak semua strategi pembelajaran cocok digunakan untuk mencapai semua tujuan dan semua keadaan. Setiap strategi memiliki kekhasan tersendiri yang berbeda antara strategi satu dengan yang lain. Hal ini seperti dikemukakan oleh Klien (1998); no teaching strategy is better thanother In allircumtanse, so you have to be able use a variety of teaching strategies, and make rational decisions about when each of the teaching strategies is likely to most effective.

Bahawa seorang guru harus mampu memilih strategi yang dianggap cocok dengan keadaan. Oleh sebab itu, guru harus memahami prinsip-prinsip pembelajaran sebgai berikut; berorientasi pada tujuan, integritas, interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, dan motivasi (Wina Sanjaya, 2008;131-135)

  1. Strategi pembelajaran pemecahan masalah

Menurut petunjuk pelaksanaan kegiatan belajar mengajar di sekolah, bahwa penerapan strategi yang dipilih dalam pengajaran matematika haruslah bertumpu pada dua hal, yaitu optimalisasi semua unsur pembelajaran, serta optimalisasi keterlibatan seluruh indra siswa(Tim MKBM:2001;60)

Pemecahan masalah adalah proses yang ditempuh oleh seseorang untuk menyelesaikan masalah yang dihadapinya sampai masalah itu tidak lagi menjadi masalah baginya. Suatu model yang dapat dijadikan dasar untuk proses pemecahan masalah adalah model empat tahap yang diusulkan oleh George Polya dalam Hudoyo (1988), yaitu; memahami masalah, membuat rencana untuk menyelesaikan masalah, maksanakan rencana yang dibuat pada langkah kedua, dan memeriksa ulang jawaban yang diperoleh (Nyimas Aisyah, dkk, 2007;5-10) .

1) Konsep dasar dan karakteristik Strategi Pembelajaran Masalah

Diartikan sebagai rangkaian aktifitas pembelajaran yang menekankan pada proses penyelesaian masalah yang dihadapi secara ilmiah. Terdapat tiga ciri utama yaitu; pertama, merupakan rangkaian aktivitas pembelajaran artinya dalam implementasinya ada sejumlah kegiatan yang harus dilakukan siswa, kedua, aktivitas pembelajaran diarahkan untuk menyelesaikan masalah, yang menempatkan masalah sebagai kunci dari proses pembelajaran, ketiga, pemecahan masalah menggunakan pendekatan berfikir secara ilmiah (Wina Sanjaya, 2008; 114-115). Strategi pemecahan masalah dapat diterapkan:

a. Manakalah guru mengharapkan agar siswa tidak hanya sekedar dapat mengingat materi pelajaran, tetapi menguasai dan memahami secara penuh.

b. Apabila guru bermaksud untuk mengembangkan keterampilan berfikir rasional siswa.

c. Manakalah guru menginginkan kemampuan siswa untuk memecahkan masalah serta membuat tantangan intelektual siswa.

d. Jika guru menginginkan mendorong siswa untuk lebih bertanggungjawab dalam belajarnya.

e. Jika guru ingin agar siswa memahami hubungan antara apa yang dipelajari dengan kenyataan dalam kehidupanya (hubungan antara teori dengan kenyataan)

2) Hakikat masalah dalam strategi pembelajaran masalah

Menurut Wina Sanjaya (2008), Hakikat masalah dalam strategi pembelajaran pemecahan masalah adalah gap atau kesenjangan antara situasi nyata dan kondisi yang diharapkan, atau antara kenyataan yang terjadi dengan apa yang diharapkan. Oleh karena itu, materi atau topik tidak terbatas pada materi pelajaran yang bersumber dari buku saja, akan tetapi dapat pla bersumbe dari peristiwa-peristiwa yang terjadi yang sesuai dengan kurikulum yang berlaku.

3) Kriteria pemilihan bahan pelajaran dalam strategi pembelajaran masalah;

a. Bahan pelajaran harus mengandung isu-isu yang mengandung konflik

b. Bahan yang dipilih adalah bahan yang familiar dengn siswa, sehingga siswa dapat mengikutinya dengan baik

c. Bahan ysng dipilih merupakan bahan yang berhubungan dengan kepentingan orang banyak, sehingga terasa bermanfaat.

d. Bahan yang dipilih merupakan bahan yang mendukung tujuan atau kompetensi yang harus dimiliki oleh siswa sesuai dengan kirikulum

e. Bahan yang dipilih sesuai dengan miniat siswa sehinggga setiap siswa merasa perlu mempelajarinya.

4) Macam-macam strategi pemecahan masalah matematika

Menurut Reys (1978) dan buku pengembangan pembelajaran matematika SD, disebutkan beberapa macam strategi pemecahan masalah yaitu:

a. Beraksi (Act It Out)

Strategi ini menuntut untuk melihat apa yang ada dalam masalah dan membuat hubungan antar komponen dalam masalah menjadi jelas melalui serangkaian saksi fisik atau manipulasi objek. Penggunaan manipulasi objek agar hubungan antar komponen dalam permasalahan menjadi jelas.

b. Membuat gambar atau diagram

Strategi ini digunakan untuk menyederhanakan masalah dan memperjelas hubungan yang ada. Untuk membuat gambar atau diagram ini, tidak perlu membuatnya detail tetapi cukup yang berhubungan dengan permasalahan yang ada.

c. Mencari pola

Pada prinsipnya, strategi mencari pola ini sudah dikenal sejak di Sekolah Dasar. Untuk memudahkan memahami permasalahan, siswa sering kali diminta untuk membuat tabel dan kemudian menggunakannya untuk menemukan pola yang relevan dengan permasalahan yang ada.

d. Membuat tabel

Strategi ini ini membantu mempermudah siswa untuk melihat pola dan memperjelas informasi yang hilang. Dengan kata lain strategi ini sangat membantu dalam mengklasifikasikan dan menyusun informasi atau data dalam jumlah besar.

e. Menghitung semua kemungkinan secara sistematis

Strategi ini sering digunakan bersama-sama dengan strategi mencari pola dan membuat tabel, karena kadang kala tidak mungkin untuk mengidentifikasi seluruh kemungkinan himpunan penyelesaian. Dalam kondisi demikian, dapat menyederhakan dengan mengkategorikan semua kemungkinan kedalam beberapa bagian. Namun, jika memungkinkan kadang-kadang perlu mengecek atau menghitung semua kemungkinan jawaban.

f. Menebak dan menguji

Strategi menebak yang terdidik ini didasarkan pada aspek-aspek yang relevan dengan permasalahan yang ada, ditambah pengetahuan dari pengalaman sebelumnya. Hasil tebakan tentu saja harus diuji kebenaranya serta diikuti oleh sejumlah alasan yang logis.

g. Bekerja mundur

Strategi ini sangat cocok untuk menjawab permasalahan yang menyajikan kondisi atau hasil akhir dan menayakan sesuatu yang terjadi sebelumnya.

h. Mengidentifikasi informasi yang didinginkan, diberikan, dan diperlukan.

Strategi ini membentu menyortir informasi dan memberi pengalaman dalam merumuskan pengalaman. Dalam hal ini perlu menentukan permasalahan yang akan dijawab, menyortir informasi-informasi penting untuk menjawabnya, dan memilih langkah-langkah penyelesaian yang sesuai dengan soal.

i. Menulis kalimat terbuka

Strategi ini dapat melihat hubungan antara informasi yang diberikan dan yang dicari. Untuk menyederhanakan permasalahan, dapat menggunkan variabel-veriabel sebagai pengganti kalimat dalam soal.

j. Menyelesaikan masalah yang lebih sederhana atau serupa

Suatu masalah yang rumit dapat diselesaikan dengan cara menyelesaikan masalah yang serupa tetapi lebih sederhana.

k. Mengubah pandangan

Strategi ini dapat digunakan setelah beberapa strategi lain telah dicoba tanpa ada hasilnya (Nyimas Aisyah, dkk, 2007;11-16).

Jika diperhatikan secara seksama antara strategi satu dengan yang lainya adalah selalu berkaitan dan berhubungan dalam menyelesaikan pemecahan masalah matematika. Bahkan dalam satu soal pemecahan masalah matematika dapa menggunakan lebih dari satu strategi. Untuk memilih strategi manakah yang paling tepat digunakan untuk memecahkan suatu permasalahan, diperlukan suatu keterampilan dan langkah-langkah secara rinci.

5) Langkah-langkah strategi pemecahan masalah

Di dalam pembelajaran matematika, terutama tentang pembelajaran pemecahan masalah, ada seorang tokoh yang sangat dikenal, yakni Georg Polya. Polya menyarankan model 4 langkah pemecahan masalah sebagai strategi umum yang perlu dilakukan dalam pembelajaran melalui pemecahan masalah. Keempat langkah itu adalah:

a. Memahami masalahnya

b. Menyusun rencana yang bisa dipakai untuk memecahkan masalah

c. Menjalankan rencana

d. Melihat kembali atau melakukan refleksi terhadap selesaian yang diperoleh.

Di kelas, empat langkah ini dikenal nama macam-macam, antara lain: “SEE – PLAN – DO – CHECK” atau “KENALI – SUSUN RENCANA – LAKUKAN – PERIKSA KEMBALI”. Kemampuan pemecahan masalah ini akan terbantu perkembangannya kalau dalam diri siswa dipenuhi dengan berbagai macam strategi pemecahan masalah (Usaid;2006).

Secara garis besar langkah-langkah stratrgi pemecahan masalah masalah mengacu pada empat tahap pemecahan masalah yang diusulkan oleh Geoege Polya, yaitu:

a. Memahami masalah

Pada langkah ini, kegiatan pemecahan masalah diarahkan untuk membantu siswa menetapkan apa yang diketahui pada permasalah dan apa yang ditanyakan. Beberapa pertanyaan yang perlu dimunculkan kepada siswa untuk membantunya dalam memahami masalah. Pertanyaan-pertanyaan tersebut, antara lain;

1. Apakah yang diketahui dari soal?

2. Apakah yang ditanyakan soal?

3. Apa saja informasi yang diperlukan?

4. Bagaimana akan menyelesaikan soal?

b. Membuat rencana untuk menyelesaikan masalah

Pada langkah ini, siswa diarahkan untuk dapat mengidentifikasi strategi-strategi pemecahan masalah yang sesuai untuk memecahkan masalah. Dalam mengidentifikasi strategi-pemecahan masalah ini, hal yang paling penting untuk diperhatikan adalah apakah strategi tersebut berkaitan dengan masalah yang akan dipecahkan.

c. Melaksanakan penyelesaian soal

Siswa diarahkan menyelesaikan soal sesuai dengan yang telah direncanakan. Pada langkah ini kemampuan siswa dalam memahami substansi dan keterampilan siswa dalam melakukan perhitungan matematika akan sangat membantu siswa dalam melaksanakan langkah kedua ini.

d. Memeriksa ulang jawaban yang diperoleh

Pada langkah ini penting dilakukan untuk mengecek apakah hasil yang diperoleh sudah sesuai dengan ketentuan dan tidak terjadi kontradiksi dengan yang ditanya. Pada tahap ini ada empat langkah penting yang dapat dijadikan pedoman untuk melaksanakan langkah ini;

1. Mencocokan hasil yang diperoleh dengan hal yang ditanya

2. Menginterpretasikan jawaban yang diperoleh

3. Mengidentifikasi adakah cara lain untuk mendapatkan penyelesaian masalah

4. Mengidentifikasi adakah jawaban atau hasil lain yang memenuhi

John Dewey seorang ahli pendidikan berkebangsaan amerika yang dikutip Wina Sanjaya (2006:217) menjelaskan 6 langkah strategi pembelajaran bebasis masalah yang kemudian dinamakan metode pemecahan masalah (Problem Solving), yaitu;

1. Merumuskan masalah, yaitu langkah siswa dalam menentukan masalah yang akan dipecahkan.

2. Menganalisis masalah, yaitu langkah siswa meninjau masalah secara kritis dari berbagai sudut pandang

3. Merumuskan hipotesis, yaitu langkah siswa merumuskan bebagai kemungkinan pemecahan yang sesuai dengan pengetahuan yang dimilikinya.

4. Mengumpulkan data, yaitu langkah siswa mencari dan menggambarkan informasi yang diperlukan untuk pemecahan masalah

5. Pengujian hipotesis, yaitu langkah siswa mengembil atau merumuskan kesimpulan sesuai dengan penerimaan dan penolakan hipotesis yang diajukan

6. Merumuskan rekomendasi pemecahan masalah, yaitu langkah siswa menggambarkan rekomendasi yang dapat dilakukan sesuai rumusan hasil pengujian hipotesis dan rumusan kesimpulan

Referensi

Depdikbud, (1999), Strategi Belajar Mengajar, Departemen pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Proyek Pendidikan Guru Sekolah Dasar

_________, (2006), Panduan Pembalajaran untuk SD/SM, SMP/MTs/SMA/MA, Jakarta

Heruman, (2007), Model Pembelajaran Matematika Di Sekolah Dasar, Pt. Rosda Karya Bandung

Inisiasi Pengembangan Matematika SD, Teori Belajar Bruner, www.depdiknas.go.id

Nana Sudjana, 1986, Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar, Sinar baru Algasindo, Bandung

Tim MKPBM Jurusan Matematika, (2001), Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer, JICA-UPI: Bandung

Wina Sanjaya, (2006), Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar ProsesPendidikan, Kencana, Predana Media Group Jakarta

Zaenurie, Artikel Cara Sesorang Mendapat Pengetahuan Dan Implikasinya Terhadap Pembeklajaran Matematika, 26 Oktober 2007, /Www.Depdiknas.Go.Id

pemecahan masalah

assalamu'alaikum Wr.Wb
bapak maaf saya mau tanya
1.bagaimana cara membuat RRP pemecahan masalah matematika untuk SD kelas IV?tolong saya diberi contohnya.
2. bagamana cara yang benar untuk menerapkan strategi pemecahan masalah pada materi pecahan kelas IV?
3.bagaiman langkah-langkahnya?
bapak saya memerlukannya untuk instrumen penelitian saya trimakasih
trimakasih bapak.
wassalamu'alaikum Wr.Wb
lailatul badriyah dikdas PGMI

Senin, 05 Januari 2009

Metode pembelajaran matematika

Pembelajaran matematika sekolah adalah pembelajaran yang mengacu pada ketiga fungsi mata pelajaran matematika, yaitu sebagai alat, pola pikir, dan ilmu atau pengetahuan. Dua hal penting yang merupakan bagian dari tujuan pembelajaran matematika di SMA menurut Suherman (2001: 60) adalah pembentukan sifat dengan berpikir kritis dan kreatif. Dengan berlandaskan kepada prinsip pembelajaran matematika yang tidak sekedar learning to know, melainkan juga harus meliputi learning to do, learning to be, hingga learning to live together, maka pembelajaran matematika harus bersandarkan pada pemikiran bahwa peserta didik harus belajar dan semestinya dilakukan secara komperhensif dan terpadu.

Metode mengajar matematika adalah suatu cara atau teknik yang disusun secara sistematik dan logic ditinjau dari segi hakikat matematika dan segi psikologinya. Penyelesaian masalah dalam matematika selalu menggunkan metode deduktif. Penalarannya adalah logic-deduktif yang pada dasarnya mengandung kalimat “jika……,maka…………”. Suatu kebenaran matematika dikembangkan berdasarkan alas an logic. Model terbaik untuk berfikir matematikayaitu memanfatkan logika simbulik.

Metode mengajar ditinjau dari segi psikologik ini erat hubungannya dengan jawaban pertanyaan kurikulum “kepada siapa” matematika itu diajarkan. Terdapat beberapa macam metode mengajar yang dapat digunakan dalam mengajarkan matematika, bergantung kepada siapa yang belajar matematia.

1. Metode ekspositori

Metode ini merupakan suatu cara untuk menyamapaiakan ide/gagasan atau meberikan informasi dengan lisan atau tulisan. Pada umumnya metode ini berlangsung satu arah, pengajaran ide/gagasan atau informasi dan pserta didik menerimanya. Materi pengajaran sudah disusun oleh pengajaran secara sistematik dan hierarkis namun bermakna (istilah Ausubel)

2. Metode penemuan

Metode ini merupakan suatu cara untuk menyampaiakan ide/gagasan melalui proses menemukan. Peserta didik menemukan sendiri pola-pola dan struktur matematika melalui sederetan pengalaman belajar yang lampau. Keteranga-keterangan yng harus dipelajari peserta didik tidak disajikan dalam bentuk final,peserta didik diwajibkan melakukan aktivitas mental sebelumketerangan yang dipelajari itu dapat dipahami.

3. Metode laboratorium

Matode laboratorium ini sebagai tempat untuk menemukan fakta-fakta matematika. Prinsip metode laboratorium adalah peserta didik belajar sambil bekerja, belajar sambil mengobservasi, danmemulai dari yang konkrit ke yang abstrak.

Metode laboratorium ini sejalan dengan metode induktif bahkan merupakan perluasan dari metode induktif. Peserta didik belajar dengan objek-objek yang kemudian digeneralisasikan. Metode ini khusus untuk mengabaikan keabstrakan hakikat matematika. Namun dapat menarik minat peserta didik terhadap matematika yang abstrak.

Selain matode pemebalajaran matematika di atas terdapat beberapa metode lain diantaranya yaitu metode ceramah, demonstrasi, metode latihan/drill, metode permaianan, metode pemberian tugas dan lain sebagainya.

Seorang guru sebelum melakukan kegiatan pembelajaran di kelas, maka tentu guru harus menyusun rencana pembelajaran terlebih dahulu. Renana pembelajaran yang dirancang Renana pembelajaran yang dirancang merupakan arahan bagi guru dalam melaksanakan proses pemebalajaran matematika yang efektif dan efisien dalam rangka mencapai hasil belajara yang maksimal. Rencana pembelajaran merupakan rencana kegiatan opersaional yang dirancang oleh guru yang berisi scenario tahap demi tahap tentang kegiatan matematika yang dilakukanyadi kelas bersama siswa dalm satu kali tatap muka/pertemuan. Di dalam rencana pembelajaran berisi standar kompetensi, dan kompetensi dasar yang harus dijabarkan dalam indicator, materi pokok, kegiatan pembeljaran, sumber dan penilaian pembelajaran.

lailatul badriyah dikdas PGMI

ATTITUDE MATHEMATICAL

Pada dasarnya kita ketahui bersama bahwa matematika senantiasa ada pada semua kurikulum sekolah. Entah itu tingkat Taman Kanak- kanak sampai tingkat Perguruan Tinggi, matematika senantiasa termasuk salah satu materi yang tercakup dalam kurikulum. Perlukah anak-anak kita di SD belajar matematika? Untuk apakah kita belajar matematika? Belajar matematika adalah sesuatu yang cukup. Ini merupakan suatu syarat kecukupan. Mengapa? Karena -ini untuk menjawab pertanyaan kedua- dengan belajar matematika, kita akan belajar bernalar secara kritis, kreatif dan aktif.
Pendapat ini didukung pendapat dari Dudley di [1]. Sekaligus pada saat yang sama, kita akan mengamati keberdayaan matematika (power of mathematics) dan tentunya menumbuhkembangkan kemampuan learning to learn. Jadi, kecuali untuk mendapatkan daya matematika itu sendiri sebagai alat penyelesain permasalahan dalam kehidupan nyata, kita belajar matematika sebagai suatu wahana yang memfasilitasi kemampuan bernalar, berkomunikasi, dan peningkatan kepercayaan diri dalam bermatematika. Tentunya kemampuan bernalar yang dipunyai anak didik melalui proses belajar matematika itu akan meningkatkan pula kesiapannya untuk menjadi lifetime learner atau pelajar sepanjang hayat. Pendapat bahwa seseorang yang belajar matematika akan menjadi pelajar yang lebih baik bukanlah mitos. Pendapat ini didukung dengan fakta yang dikemukakan di [3] bahwa sebanyak 83 persen siswa yang belajar Geometri dan Aljabar di AS melanjutkan ke college. Ini jauh lebih tinggi dibanding siswa yang tidak belajar hal itu, yaitu hanya 36 persen yang melanjutkan ke college. Perbedaan di atas lebih mencengangkan lagi pada siswa dari keluarga berpenghasilan rendah. Ternyata, perbandingannya 71 persen lawan 27 persen. Dalam pelajaran matematika yang seharusnya kita belajar bernalar, telah diubah menjadi pelajaran menghafal. Sangat aneh jika pelajaran matematika diberikan dengan guru yang ceramah di depan kelas atau "berbicara" dengan papan tulisnya, sedangkan muridnya hanya mencatat. Lalu, murid itu akan menghafal semua yang dicatatnya. Dan, pada saat ulangan nanti, murid itu cukup "memuntahkan" kembali info yang dicatatnya atau ditelannya. Ini semua terjadi hampir di setiap kelas. Ini jelas mengasingkan aktivitas bermatematika yang benar dengan pelajaran matematika.
commen laelatul badriyah dikdas PGMI

IDENTIFIKASI PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA

How our views concerning achievement learn mathematics in SD?

The Achievement learn mathematics in SD can be seen from ability of child in study of mathematics by assessment result learn and assessment of student attitude in applying mathematics in everyday life. Result learn can be executed to pass test result of learning with system of smesteran of his one year, and existence of daily restating from every his interest. Other while, our which can see achievement learn student of SD at the moment can be told is because from early student have been inculcated with attitude of positive and like to mathematics.

commen lailatul badriyah dikdas PGMI

Jawaban problem pembelajaran matematika

problem pembeljaran matematika
1. manbagaimana cara berfikir matematika?
Berfikir matematik merupakan kegiatan mental, yang dalam prosesnya selalu menggunakan abstraksi dan atau generalisasi. Abstraksi merupaka hal-hal yang sama dari sejumlah objek atau sitiasi yang beda. Suatu himpunan yang tersusun dari beberapa unsur yang kemudian dapat ditetapkan apakah suatu unsur itu menjadi anggota atau tidak menjadi angota dari himpunan itu. Jadi abstraksi menunjukkan pembentukan dari unsur ke himpunan. Sedangkan generalisasi menunjukan pembentukan dari himpunan ke himpunan. Dalam generalisasi terdapat dua macam yaitu geberalisasi sedemikian hingga himpunan yang pertama menjadi himpunan bagian dari himpunan yang kedua. Jadi apabila himpunan A menjadi himpunan B dapat dikatakan himpunan B merupakan generalisasi primitive dari himpunan A. sedangkan generalisasi yang kedua adalah generalisasi matetmatik. Suatu himpunan B adalah merupakan suatu generasisasi himpunan A, jika B memuat bayangan A untuk relasi yang ditetapkan. Jadi di sini himpunan A dan B mungkin saja masing-masing memuat unsur yang saling berbeda asalkan B memuat bayangan A
2. Bagaimana cara belajar yang efektif?
Setiap orang pasti mempunyai cara atau gaya belajar yang berbeda-beda. Banyak gaya yang bisa dipilih untuk belajar secara efektif. Tujuh gaya belajar yang mungkin di terapkan pada peserta didik:
1. Belajar dengan kata-kata.
Gaya ini bisa kita mulai dengan mengajak seorang teman yang senang bermain dengan bahasa, seperti bercerita dan membaca serta menulis. Gaya belajar ini sangat menyenangkan karena bisa membantu kita mengingat nama, tempat, tanggal, dan hal-hal lainya dengan cara mendengar kemudian menyebutkannya.
2. Belajar dengan pertanyaan.
Bagi sebagian orang, belajar makin efektif dan bermanfaat bila itu dilakukan dengan cara bermian dengan pertanyaan. Misalnya, kita memancing keinginan tahuan dengan berbagai pertanyaan. Setiap kali muncul jawaban, kejar dengan pertanyaan, hingga didapatkan hasil akhir atau kesimpulan.
3. Belajar dengan gambar.
Ada sebagian orang yang lebih suka belajar dengan membuat gambar, merancang, melihat gambar, slide, video atau film. Orang yang memiliki kegemaran ini, biasa memiliki kepekaan tertentu dalam menangkap gambar atau warna, peka dalam membuat perubahan, merangkai dan membaca kartu.
4. Belajar dengan musik.
Detak irama, nyanyian, dan mungkin memainkan salah satu instrumen musik, atau selalu mendengarkan musik. Ada banyak orang yang suka mengingat beragam informasi dengan cara mengingat notasi atau melodi musik. Ini yang disebut sebagai ritme hidup. Mereka berusaha mendapatkan informasi terbaru mengenai beragam hal dengan cara mengingat musik atau notasinya yang kemudian bisa membuatnya mencari informasi yang berkaitan dengan itu. Misalnya mendegarkan musik jazz, lalu tergeliik bagaimana lagu itu dibuat, siapa yang membuat, dimana, dan pada saat seperti apa lagu itu muncul. Informasi yang mengiringi lagu itu, bisa saja tak sebatas cerita tentang musik, tapi juga manusia, teknologi, dan situasi sosial politik pada kurun waktu tertentu.
5. Belajar dengan bergerak.
Gerak manusia, menyentuh sambil berbicara dan menggunakan tubuh untuk mengekspresikan gagasan adalah salah satu cara belajar yang menyenangkan. Mereka yang biasanya mudah memahami atau menyerap informasi dengan cara ini adalah kalangan penari, olahragawan. Jadi jika Anda termasuk kelompok yang aktif, tak salah mencoba belajar sambil tetap melakukan beragam aktivitas menyenangkan seperti menari atau berolahraga.
6. Belajar dengan bersosialisasi.
Bergabung dan membaur dengan orang lain adalah cara terbaik mendapat informasi dan belajar secara cepat. Dengan berkumpul, kita bisa menyerap berbagai informasi terbaru secara cepat dan mudah memahaminya. Dan biasanya, informasi yang didapat dengan cara ini, akan lebih lama terekam dalam ingatan.
7. Belajar dengan Kesendirian.
Ada sebagian orang yang gemar melakukan segala sesuatunya, termasuk belajar dengan menyepi. Untuk mereka yang seperti ini, biasanya suka tempat yang tenang dan ruang yang terjaga privasinya. Jika Anda termasuk yang seperti ini, maka memiliki kamar pribadi akan sangat membantu Anda bisa belajar secara mandiri.
3. Bagaimana cara meningkatkan motivasi belajar siswa (siswa SD)?
Pembelajaran efektif, bukan membuat Anda pusing, akan tetapi bagaimana tujuan pembelajaran dapat tercapai dengan mudah dan menyenangkan. - M. Sobry Sutikno -
Motivasi berpangkal dari kata motif yang dapat diartikan sebagai daya penggerak yang ada di dalam diri seseorang untuk melakukan aktivitas-aktivitas tertentu demi tercapainya suatu tujuan. Bahkan motif dapat diartikan sebagai suatu kondisi intern (kesiapsiagaan). Namun pada intinya bahwa motivasi merupakan kondisi psikologis yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu. Dalam kegiatan belajar, motivasi dapat dikatakan sebagai keseluruhan daya penggerak di dalam diri siswa yang menimbulkan, menjamin kelangsungan dan memberikan arah kegiatan belajar, sehingga diharapkan tujuan dapat tercapai. Dalam kegiatan belajar, motivasi sangat diperlukan, sebab seseorang yang tidak mempunyai motivasi dalam belajar, tidak akan mungkin melakukan aktivitas belajar.
Motivasi ada dua, yaitu motivasi Intrinsik dan motivasi ektrinsik.
· Motivasi Intrinsik. Jenis motivasi ini timbul dari dalam diri individu sendiri tanpa ada paksaan dorongan orang lain, tetapi atas dasar kemauan sendiri.
· Motivasi Ekstrinsik. Jenis motivasi ini timbul sebagai akibat pengaruh dari luar individu, apakah karena adanya ajakan, suruhan, atau paksaan dari orang lain sehingga dengan keadaan demikian siswa mau melakukan sesuatu atau belajar.
Bagi siswa yang selalu memperhatikan materi pelajaran yang diberikan, bukanlah masalah bagi guru. Karena di dalam diri siswa tersebut ada motivasi, yaitu motivasi intrinsik. Siswa yang demikian biasanya dengan kesadaran sendiri memperhatikan penjelasan guru. Rasa ingin tahunya lebih banyak terhadap materi pelajaran yang diberikan. Berbagai gangguan yang ada disekitarnya, kurang dapat mempengaruhinya agar memecahkan perhatiannya.
Lain halnya bagi siswa yang tidak ada motivasi di dalam dirinya, maka motivasi ekstrinsik yang merupakan dorongan dari luar dirinya mutlak diperlukan. Di sini tugas guru adalah membangkitkan motivasi peserta didik sehingga ia mau melakukan belajar.
Ada beberapa strategi yang bisa digunakan oleh guru untuk menumbuhkan motivasi belajar siswa, sebagai berikut:
1. Menjelaskan tujuan belajar ke peserta didik.
2. Hadiah
3. Saingan/kompetisi
4. Pujian
5. Hukuman
6. Membangkitkan dorongan kepada anak didik untuk belajar.
7. Membentuk kebiasaan belajar yang baik
8. Membantu kesulitan belajar anak didik secara individual maupun kelompok
9. Menggunakan metode yang bervariasi, dan
10. Menggunakan media yang baik dan sesuai dengan tujuan pembelajaran
4. Bagaiman sumber belajar matematika mengefektifkan pembelajaran siswa?
Sumber belajar (learning resources) adalah semua sumber baik berupa data, orang dan wujud tertentu yang dapat digunakan oleh peserta didik dalam belajar, baik secara terpisah maupun secara terkombinasi sehingga mempermudah peserta didik dalam mencapai tujuan belajar atau mencapai kompetensi tertentu. Secara garis besarnya, terdapat dua jenis sumber belajar yaitu:
1. Sumber belajar yang dirancang (learning resources by design), yakni sumber belajar yang secara khusus dirancang atau dikembangkan sebagai komponen sistem instruksional untuk memberikan fasilitas belajar yang terarah dan bersifat formal.
2. Sumber belajar yang dimanfaatkan(learning resources by utilization), yaitu sumber belajar yang tidak didesain khusus untuk keperluan pembelajaran dan keberadaannya dapat ditemukan, diterapkan dan dimanfaatkan untuk keperluan pembelajaran
Dari kedua macam sumber belajar, sumber-sumber belajar dapat berbentuk: (1) pesan: informasi, bahan ajar; cerita rakyat, dongeng, hikayat, dan sebagainya (2) orang: guru, instruktur, siswa, ahli, nara sumber, tokoh masyarakat, pimpinan lembaga, tokoh karier dan sebagainya; (3) bahan: buku, transparansi, film, slides, gambar, grafik yang dirancang untuk pembelajaran, relief, candi, arca, komik, dan sebagainya; (4) alat/ perlengkapan: perangkat keras, komputer, radio, televisi, VCD/DVD, kamera, papan tulis, generator, mesin, mobil, motor, alat listrik, obeng dan sebagainya; (5) pendekatan/ metode/ teknik: disikusi, seminar, pemecahan masalah, simulasi, permainan, sarasehan, percakapan biasa, diskusi, debat, talk shaw dan sejenisnya; dan (6) lingkungan: ruang kelas, studio, perpustakaan, aula, teman, kebun, pasar, toko, museum, kantor dan sebagainya.
Prosedur merancang sumber belajar.Secara skematik, prosedur merancang sumber belajar dapat mengikuti alur sebagai berikut:





Dengan cara mengoptimalkan sumber belajar, Banyak orang beranggapan bahwa untuk menyediakan sumber belajar menuntut adanya biaya yang tinggi dan sulit untuk mendapatkannya, yang kadang-kadang ujung-ujungnya akan membebani orang tua siswa untuk mengeluarkan dana pendidikan yang lebih besar lagi. Padahal dengan berbekal kreativitas, guru dapat membuat dan menyediakan sumber belajar yang sederhana dan murah. Misalkan, bagaimana guru dan siswa dapat memanfaatkan bahan bekas. Bahan bekas, yang banyak berserakan di sekolah dan rumah, seperti kertas, mainan, kotak pembungkus, bekas kemasan sering luput dari perhatian kita. Dengan sentuhan kreativitas, bahan-bahan bekas yang biasanya dibuang secara percuma dapat dimodifikasi dan didaur-ulang menjadi sumber belajar yang sangat berharga. Demikian pula, dalam memanfaatkan lingkungan sebagai sumber belajar tidak perlu harus pergi jauh dengan biaya yang mahal, lingkungan yang berdekatan dengan sekolah dan rumah pun dapat dioptimalkan menjadi sumber belajar yang sangat bernilai bagi kepentingan belajar siswa. Tidak sedikit sekolah-sekolah di kita yang memiliki halaman atau pekarangan yang cukup luas, namun keberadaannya seringkali ditelantarkan dan tidak terurus. Jika saja lahan-lahan tersebut dioptimalkan tidak mustahil akan menjadi sumber belajar yang sangat berharga.
5. Secara psikologis banyak siswa mengatakan matematika itu sulit, bagaimana cara mengatasi hal tersebut?
Dengan cara menanamkan sikap positif terhadap belajar matematika.Siswa yang memiliki sikap positif terhadap matematika memiliki ciri antara lain terlihat sungguh-sungguh dalam belajar matematika, menyelesaikan tugas dengan baik dan tepat waktu, berpartisipasi aktif dalam diskusi, mengerjakan tugas-tugas pekerjaan rumah dengan tuntas, dan selesai pada waktunya.
Dengan demikian, untuk menumbuhkan sikap positif terhadap matematika, perlu diperhatikan agar penyampaian matematika dapat menyenangkan, mudah dipahami, tidak menakutkan, dan tunjukkan bahwa matematika banyak kegunaannya. Oleh karena itu, materi harus dipilih dan disesuaikan dengan lingkungan yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari (kontekstual) dan tingkat kognitif siswa, dimulai dengan cara-cara informal melalui pemodelan sebelum dengan cara formal. Hal ini sesuai dengan karakteristik pendekatan matematika realistik.
HARAPAN
1. Ingin menambah ilmu tentang pembelajaran matematiak baik di SD/PT
2. Dapat menyelesaikan masalah-masalah yang ada hubungannya dengan pembelajaran matematika di SD / PT
3. Dapat mengetahui metode-metode mengajar dari berbagai Negara
4. Meningkatkan pengetahuan tentang ilmu pembelajaran
5. Memahami filsafat penyelesaian masalah secara matematika