Senin, 24 November 2008

Identifikasi Problematika Pembelajaran Matematika di SD
Matematika merupakan sebagai ilmu yang bersifat abstrak. Amatematika adalah penelaah tentang apa yang benar mengenai keadaan pengandaian dari benda-benda, itulah saripati dan batasanya.Dengan demikian seringkali matematika disebut sebgai ilmu pasti, maka dalam pembelajaran matematika kepribadian siswa dapat terpengaruhi, seperti dalam perhitungan matematika yang pasti menunjukkan adanya penanaman pribadi siswa untyk berlaku jujur dalam memberikan suatu jawaban dan keputusan. Sebab jika tidak maka, hasil yang diperoleh salah dan akan berakibat fatal bagi keseluruhan jawaban dan keptusan karena tidak sesuai dengan fakta.

Prestasi belajar matematika di SD dapat dilihat dari kemapuan anak dalam pembelajaran matematika dengan cara penilaian hasil belajar dan penilaian sikap siswa dalam mengimplemenatsikan matematika dalam kehidupan sehari-hari. Hasil belajar dapat dilaksanakan melalui tes hasil belajar dengan sistem smesteran dan satu tahunnya, dan adanya ulangan harian daari setiam kompetensinya. Sematara lain, yang dapat kita llihat prestari belajar siswa SD pada saat ini bisa dikatakan sedang karena dari awal siswa telah ditanamkan dengan sikap postif dan senang terhadap matematika.
Ya, karena dalam pembelajaran matematika siswa ditegaskan dalam menyaelesaikan permasalahan matematika yang dikontekkan dengan kehidupan sehari-hari. Dengan seperti ini, maka siswa akan terbisa dalam menyelesaikan permasalahanya dalam kehidupan sehari-harinya. Matematka selalu ada dalam kehidupan seseorang, seperti operasi hitung bulangan setiap orang akan mendapatinya dalam kehidupannya.

pembelajaran matematika secara cepat dengan cara-cara yang cepat itu boleh-boleh saja digunakan, akan tetapi alangkah baik cara cepat itu tidak diajarkan pada kelas rendah yang akan mengetahui hasil akhir dari permasalahan matematika. Jika dalam pembelajaran yang biasanya sebaiknya menggunakan model dan cara yang rinci sehingga dapat memberikan pemahaman dan kepuasan dalam belajar. Dengan cara menerapkan pembelajaran yang menyenangkan dan aktif interaktif yang sesuai dengan karakter dan kemampuan siswa.

Belajar dengan penemuan biasanya dengan ekspositori dalam kelompok-kelompok kecil, tetapi mengajar dengan metode penemuanndapat dilakukan dengan ekspositori, kelompok, dan sendiri-sendiri. Dalam metode ini hasil akhir yang harus ditemukan adalah siswa merupakan yang baru bagi dirinya, tetapi sudah diketahui oleh gurunya. Siswa harus mengumpulkan informasi tambahan, membuat hipotesis, dan mengujinya

Pembelajaran efektif, bukan membuat Anda pusing, akan tetapi bagaimana tujuan pembelajaran dapat tercapai dengan mudah dan menyenangkan. - M. Sobry Sutikno -
Motivasi berpangkal dari kata motif yang dapat diartikan sebagai daya penggerak yang ada di dalam diri seseorang untuk melakukan aktivitas-aktivitas tertentu demi tercapainya suatu tujuan.
Bahkan motif dapat diartikan sebagai suatu kondisi intern (kesiapsiagaan). Namun pada intinya bahwa motivasi merupakan kondisi psikologis yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu. Dalam kegiatan belajar, motivasi dapat dikatakan sebagai keseluruhan daya penggerak di dalam diri siswa yang menimbulkan, menjamin kelangsungan dan memberikan arah kegiatan belajar, sehingga diharapkan tujuan dapat tercapai. Dalam kegiatan belajar, motivasi sangat diperlukan, sebab seseorang yang tidak mempunyai motivasi dalam belajar, tidak akan mungkin melakukan aktivitas belajar. Motivasi ada dua, yaitu motivasi Intrinsik dan motivasi ektrinsik.
·
Motivasi Intrinsik. Jenis motivasi ini timbul dari dalam diri individu sendiri tanpa ada paksaan dorongan orang lain, tetapi atas dasar kemauan sendiri.
·
Motivasi Ekstrinsik. Jenis motivasi ini timbul sebagai akibat pengaruh dari luar individu, apakah karena adanya ajakan, suruhan, atau paksaan dari orang lain sehingga dengan keadaan demikian siswa mau melakukan sesuatu atau belajar.
Bagi siswa yang selalu memperhatikan materi pelajaran yang diberikan, bukanlah masalah bagi guru. Karena di dalam diri siswa tersebut ada motivasi, yaitu motivasi intrinsik. Siswa yang demikian biasanya dengan kesadaran sendiri memperhatikan penjelasan guru. Rasa ingin tahunya lebih banyak terhadap materi pelajaran yang diberikan. Berbagai gangguan yang ada disekitarnya, kurang dapat mempengaruhinya agar memecahkan perhatiannya.
Lain halnya bagi siswa yang tidak ada motivasi di dalam dirinya, maka motivasi ekstrinsik yang merupakan dorongan dari luar dirinya mutlak diperlukan. Di sini tugas guru adalah membangkitkan motivasi peserta didik sehingga ia mau melakukan belajar.
Ada beberapa strategi yang bisa digunakan oleh guru untuk menumbuhkan motivasi belajar siswa, sebagai berikut:
1.
Menjelaskan tujuan belajar ke peserta didik.
Pada permulaan belajar mengajar seharusnya terlebih dahulu seorang guru menjelaskan mengenai Tujuan Instruksional Khusus yang akan dicapainya kepada siwa. Makin jelas tujuan maka makin besar pula motivasi dalam belajar.
2.
Hadiah
Berikan hadiah untuk siswa yang berprestasi. Hal ini akan memacu semangat mereka untuk bisa belajar lebih giat lagi. Di samping itu, siswa yang belum berprestasi akan termotivasi untuk bisa mengejar siswa yang berprestasi.
3.
Saingan/kompetisi
Guru berusaha mengadakan persaingan di antara siswanya untuk meningkatkan prestasi belajarnya, berusaha memperbaiki hasil prestasi yang telah dicapai sebelumnya.
4.
Pujian
Sudah sepantasnya siswa yang berprestasi untuk diberikan penghargaan atau pujian. Tentunya pujian yang bersifat membangun.
5.
Hukuman
Hukuman diberikan kepada siswa yang berbuat kesalahan saat proses belajar mengajar. Hukuman ini diberikan dengan harapan agar siswa tersebut mau merubah diri dan berusaha memacu motivasi belajarnya.
6.
Membangkitkan dorongan kepada anak didik untuk belajar.Strateginya adalah dengan memberikan perhatian maksimal ke peserta didik.
7.
Membentuk kebiasaan belajar yang baik
8.
Membantu kesulitan belajar anak didik secara individual maupun kelompok
9.
Menggunakan metode yang bervariasi, dan
10.
Menggunakan media yang baik dan sesuai dengan tujuan pembelajaran
Mata pelajaran matematika pada satuan pendidikan SD/MI meliputi aspekaspek sebagai berikut
: Bilangan, Geometri dan pengukuran, Pengolahan data. Sasaran yang dipelajari matematika SD. Matematika dibagi dalam tujuh bagian yaitu : aritmetika, geometri, astronomi, musik, hizab baqi (arte ponderum) dan mekanika. Oleh karena, matematika merupakan suatu pengetahuan, maka persoalanya ialah pengetahuan apa, apa yang menjadi pokok soal atau sasaran yang dipelajarinya.ternyata salah satu sasaran utama yang ditelaahnya adalah konsepsi tentang bilangan, bilangan dan ruang merupakan perumusan matematika dimasa lampau, besaran, keluasan, hubungan, pola, bentuk, dan struktur atau rakitan sebagai sasaran dari matematika modern. Yang didalammnya akan dibahas dengan berbagai cabang ilmu dari matematik mulai dari yang dasar sampai pada yang kompleks.( The Liang Gie:5)
Jika dalam satu kelas terdiri dari berbagai macam kemampuan siswa yaitu siswa yang berkemampuan tinggi dan kemmaapuan rendah, maka dapat memfasilitasinya dengan menggunakan metode ceramah yang dikombinasikan dengan metode lainya seperti eksperimen dan demonstrasi untuk memperjelas bagi siswa yang lemah. Sedangkan pada proses pembelajaranya dapat pula di berikan latihan soal yang kemampaunaya berbeeda. Selain itu dapat pula dengan cara belajar pendampingan yang diterapkan pada kelompok lemah dan berusaha membuat pembelajaran yang menarik dan menyenangkan bagi para siswa semua.
Dengan cara menanamkan sikap positif terhadap belajar matematika.Siswa yang memiliki sikap positif terhadap matematika memiliki ciri antara lain terlihat sungguh-sungguh dalam belajar matematika, menyelesaikan tugas dengan baik dan tepat waktu, berpartisipasi aktif dalam diskusi, mengerjakan tugas-tugas pekerjaan rumah dengan tuntas, dan selesai pada waktunya. Dengan demikian, untuk menumbuhkan sikap positif terhadap matematika, perlu diperhatikan agar penyampaian matematika dapat menyenangkan, mudah dipahami, tidak menakutkan, dan tunjukkan bahwa matematika banyak kegunaannya. Oleh karena itu, materi harus dipilih dan disesuaikan dengan lingkungan yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari (kontekstual) dan tingkat kognitif siswa, dimulai dengan cara-cara informal melalui pemodelan sebelum dengan cara formal. Hal ini sesuai dengan karakteristik pendekatan matematika realistik.
Dengan menerapkan pembelajaran yang sesuai dengan karakter dan kemmapuan siswa yang dikontekkan dengan kehidupan sehari-hari yang realistik. Dalam PMRI lebih menekan kana pada metode dan model pembelajaran pemecahan masalah dimana sisa dituntut untuk menyelesaikan permasalahan yang dihadapi dengan mencatri cara penyelesaianya sendiri tanpa ada arah dari guru sebelmnya. Materi pembagian pecahan dapat dilakasanakan dengan media yang sesuai dengan materi dan kondisi siswa.
Efektivitas pembelajaran banyak bergantung kepada kesiapan dan cara belajar yang dilakukan oleh siswa itu sendiri, baik yang dilakukan secara mandiri maupun kelompok. Dalam hal ini, E. Mulyasa (2003) menekankan pentingnya upaya pengembangan aktivitas, kreativitas, dan motivasi siswa di dalam proses pembelajaran.
Menurut Robert J Sternberg, seorang siswa dikatakan memiliki kreativitas di kelas manakala mereka senatiasa menunjukkan: (1) merasa penasaran dan memiliki rasa ingin tahu, mempertanyakan dan menantang serta tidak terpaku pada kaidah-kaidah yang ada; (2) memiliki kemampuan berfikir lateral dan mampu membuat hubungan-hubungan diluar hubungan yang lazim; (3) memimpikan tentang sesuatu, dapat membayangkan, melihat berbagai kemungkinan, bertanya “ apa jika seandanya” (what if?), dan melihat sesuatu dari sudut pandang yang berbeda; (4) mengeksplorasi berbagai pemikiran dan pilihan, memainkan ideanya, mencobakan alternatif-alternatif dengan melalui pendekatan yang segar, memelihara pemikiran yang terbuka dan memodifikasi pemikirannya untuk memperoleh hasil yang kreatif; dan (5) merefleksi secara kritis atas setiap gagasan, tindakan dan hasil-hasil, meninjau ulang kemajuan yang telah dicapai, mengundang dan memanfaatkan umpan balik, mengkritik secara konstruktif dan dapat melakukan pengamatan secara cerdik. Kali ini yang daharapkan adalah siswa mempunyai kemampuan berfikir kreatif, yakni yang memiliki ciri yang sangat esensial dalam menentukan prestasi kreatif seseorang ialah: rasa ingin tahu, tertarik terhadap tugas-tugas majemuk yang dirasakan sebagai tantangan, berani mengambil resiko untuk membuat kesalahan atau untuk dikritik oleh orang lain, tidak mudah putus asa, menghargai keindahan, mempunyai rasa humor, ingin mencari pengalaman-pengalaman baru, dapat menghargai baik diri sendiri maupun orang lain, dan sebagainya
Matematika sekolah adalah matematika yang dijarkan di sekolah, yaitu matematika yang dijarkan di sekolah dasar (SD) dan sekolah menengah(SMU/SMK). Yang menunjukan yang dimaksud matematika dalam kurikulum pendidikan dasar (SD) dan pendidikan menengah (SMU/SMK), matemaika sekolah befungsi sebagai alat, pola fikir, dan ilmu pengetahuan. Ketiga fungsi matematika itu hendaknya dijadikan pegangan dalam pembelajaran matematika sekolah. Mempunyai tuan sebagai peran memberikan penekanan pada penataan nalar dan pembentukan sikap siswa.
Matematika berasal dari bahasa latin manthanein atau mathema yang berarti belajar atau hal yang dipelajari. Matematika dalam bahasa Belanda disebut wiskunde atau ilmu pasti, yang kesemuanya berkaitan dengan penalaran. Ciri utama matematika adalah penalaran deduktif, yaitu kebenaran suatu konsep atau pernyataan diperoleh sebagai akibat logis dari kebenaran sebelumnya sehingga kaitan antar konsep atau pernyataan dalam matematika bersifat konsisten. Matematika berfungsi mengembangkan kemampuan menghitung, mengukur, menurunkan dan menggunakan rumus matematika yang diperlukan dalam kehidupan sehari-hari melalui materi pengukuran dan geometri, aljabar, peluang dan statistika, kalkulus dan trigonometri.
Matematika juga berfungsi mengembangkan kemampuan mengkomunikasikan gagasan melalui model matematika yang dapat berupa kalimat dan persamaan matematika, diagram, grafik atau tabel. Jadi perbedaan yang mendasar dari matematika sekolah dan matematika murni adalah objek kajian dan sasaran kurikulumnya.
Berfikir matematik merupakan kegiatan mental yang dalam prosesnya selalu menggunakan abstraksi dan atau generalisasi. Abstraksi merupaka hal-hal yang sama dari sejumlah objek atau sitiasi yang beda. Suatu himpunan yang tersusun dari beberapa unsure yang kemudian dapat ditetapkan apakah suatu unsure itu menjadi anggota atau tidak menjadi angota dari himpunan itu. Jadi abstraksi menunjukkan pembentukan dari unsure ke himpunan. Sedangkan generalisasi menunjukan pembentukan dari himpunan ke himpunan. Dalam generalisasi terdapat dua macam yaitu geberalisasi sedemikian hingga himpunan yang pertama menjadi himpunan bagian dari himpunan yang kedua. Jadi apabila himpunan A menjadi himpunan B dapat dikatakan himpunan B merupakan generalisasi primitive dari himpunan A. sedangkan generalisasi yang kedua adalah generalisasimatetmatik. Suatu himpunan B adalah merupakan suatu generasisasi himpunan A, jika B memuat bayangan A untuk relasi yang ditetapkan. Jadi disini himpunan A dan B mungkin saja masing-masing memuat unsure yang saling berbeda asalkan B memuat bayangan A

2 komentar:

Iwan Sumantri mengatakan...

Mudah-mudahan dengan adanya problematika tsb memacu semua guru untuk mencari solusinya..... selamat pada mba atas tulisannya PR buat kami sebagai guru SMP

Anonim mengatakan...

Susah juga menjadi seorang guru, harus bisa mengambil tindakan yang tepat, karena setiap siswa punya karakteristiknya masing-masing. Sekalipun secara teoritis tidak sedikit yang memahami bagaimana pembelajaran yang tepat dan pas untuk anak-anak didiknya. Namun demikian, pada praktiknya tetaplah banyak kendala dan meminimalisir kendala-kendala tersebut pun bukan hal yang mudahpeepete